PONOROGO (JI) - Suasana penuh semangat dan kebersamaan terasa kental saat Kelurahan Surodikraman menggelar Pagelaran Reog dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H / 2025 M. Dengan tema Pagelaran Reog Surodikraman “Ponorogo Rikolo Semono”, acara ini menjadi ruang untuk merefleksikan sejarah kejayaan budaya Ponorogo sambil menguatkan nilai-nilai spiritual masyarakat. Jumat (11/7/2025).
Pagelaran ini terselenggara atas kolaborasi antara Pemerintah Kelurahan Surodikraman dan BPRS Al Mabrur Babadan. Lewat semangat “Bersama Meraih Berkah”, kegiatan ini menjadi simbol gotong royong antara masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha dalam menjaga warisan budaya sekaligus menyambut tahun baru Hijriah dengan harapan dan doa bersama.
Ratusan warga memenuhi area pertunjukan yang digelar di lingkungan Kelurahan Surodikraman. Penampilan kelompok Reog setempat membius penonton lewat tarian jathil, gemuruh kendang, dan aksi barongan yang menggambarkan kisah heroik warok zaman dulu. Nuansa “rikolo semono” benar-benar dihadirkan, mengajak penonton untuk mengenang masa lalu yang membanggakan.
Lurah Surodikraman Supatmi dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah bentuk pelestarian budaya sekaligus upaya mempererat hubungan sosial masyarakat. “Melalui pagelaran ini, kita sambut 1 Muharram 1447 H/2025 M dengan rasa syukur, sambil terus menjaga identitas budaya kita sebagai masyarakat Ponorogo,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur BPRS Al Mabrur Babadan Yogi Purbayadi menyampaikan apresiasi atas upaya pelestarian budaya yang terus digelorakan oleh masyarakat Surodikraman. "BPRS" Al Mabrur berkomitmen tidak hanya dalam pengembangan ekonomi syariah, tetapi juga dalam mendukung kegiatan seni budaya lokal yang membentuk jati diri masyarakat. "Pun kami akan terus berkomitmen dalam mendukung kegiatan-kegiatan positif masyarakat seperti ini. “Kami percaya, berkah akan datang jika kita bersatu menjaga budaya, memperkuat iman, dan membangun kebersamaan,” ucapnya.
Pagelaran Reog ini tak hanya menghibur, tetapi juga sarat makna spiritual dan edukatif. Masyarakat diajak untuk tidak melupakan sejarah, sambil menyongsong masa depan yang lebih baik di tahun baru Hijriah.
Acara ditutup dengan doa bersama dan penampilan Reog kolosal, yang menjadi simbol kekuatan budaya, spiritualitas, dan persatuan masyarakat Surodikraman. (Ari FS)
COMMENTS